Senin, 25 April 2016

TAWURAN, COY! (Part. 1)




 Apa yang kalian lakukan kalau ngelihat ada ramai-ramai pas lagi di jalan? Kalau gue, biasanya gue samperin, karena gue orangnya memang suka penasaran kalau tahu ada ramai-ramai begitu.
Bahkan pernah suatu ketika ada ribut-ribut sewaktu gue pulang sekolah. Awalnya gue kira itu pertunjukkan topeng monyet. Tapi gue perhatikan kok enggak ada monyetnya. Yang ada malahan hujan batu. Gue langsung menghindar, tapi teman yang kebetulan waktu itu bareng gue lambat bergerak. Jadi, sebuah batu pun mendarat tepat di hidungnya.
“Monyettt!! Anjingg!!!” makinya.
Hah? Gue malah jadi bingung. Dimana ada monyet sama anjing? Terus keramaian tadi itu apa? Emmm, pertunjukan sulap mungkin, ya. Soalnya batu aja bisa berubah jadi monyet sama anjing.
Enggak enggak. Yang terjadi waktu itu adalah tawuran. Pertama kali dalam hidup gue melihat tawuran secara langsung. Sejak saat itu gue paling benci sama yang namanya tawuran. Masalahnya tawuran itu berisik banget, bro. Coba kalau tawuran itu di mode silent atau getar gitu, mungkin masih bisa ditoleransi lah.
Jadi enggak usah pakai teriak-teriak. Kalau lempar-lemparan batu pun usahakan jangan sampai menimbulkan suara. Entah sebelum kena kaca rumah orang lo tangkapin duluan atau gimana lah. Bentar. Ini tawuran apa main kasti, ya?
Lupakan.
Atau ketika itu batu kena ubun-ubun lo, tahan aja sakitnya enggak usah pakai teriak aduh aduh segala. Berisik tauk!
Lalu, tawuran itu juga sering menyakiti orang yang enggak bersalah alias salah sasaran, entah itu sengaja atau enggak. Kayak teman gue tadi, enggak tahu apa-apa eh hidungnya malah ikutan moncrot. Masih untung enggak copot.
Kalau pengen tawuran, harusnya para pelajar itu nyiapin wasit juga. Jadi kalau lemparan batunya keluar garis, prittt!!! Out out!. Kalau sampai kena penonton, prittt!!! Kartu merah!. Enggak boleh ikut tawuran dalam satu musim tawur.
Enggak. Bagaimanapun juga tawuran itu enggak boleh terjadi. Mau lo nyiapin wasit, nyiapin juri, atau nyiapin hadiah pun, tawuran di Indonesia tetap saja selalu merugikan banyak pihak.
Lo tahu di luar negeri? Nyaris enggak ada yang namanya tawuran, men! Apalagi yang pelakunya pelajar. Jadi kasus tawuran pelajar kita itu jadi sorotan duna. Sadar enggak lo?
Di luar negeri, sekalipun ada tawuran, itu enggak bakal terjadi di public area. Kebanyakan di tanah lapang yang jauh dari pemukiman penduduk. Habis itu, tawurannya juga tangan kosong, enggak bawa senjata apapun. Jumlah pemain pun seimbang, enggak ada main keroyokan.
Enggak kayak di Indonesia. Tawuran di jalanan, mengganggu pengguna jalan, bakar ban, bakar motor, ngehancurin sarana umum, ngobrak-abrik orang jualan. Yang dibawa juga batu, beling, pisau, golok, samurai, rantai, bambu, gear, argghhh...
Bersambung....

Image source : http://www.pulsk.com/u/226587

3 komentar: